Thursday 28 February 2013


Time to hunt some witch with Hansel and Gretel:  Witch Hunter


Rated 15 Director Tommy Wirkola Starring Jeremy Renner, Gemma Arteton, Famke Jansen Screenplay DW Harper, Tommy Wirkola Distributor Paramount Running time 88 mins

Akhir-akhir ini makin banyak cerita anak klasik diangkat menjadi film layar lebar, Sam Raimi dengan Oz(2013), Bryan Singer dan Jack the Giant Beanstalk(2013) dan GDT dengan proyek impiannya, Pinocchio(????). Sebelum film-film itu rilis, awal tahun ini ada film yang juga diambil dari cerita anak klasik karya Brothers Grimm namun dirombak habis-habisan menjadi period action movie ala Van Helsing, Hansel & Gretel. 

Alkisah kakak beradik Hansel & Gretel ditinggalkan oleh ayah mereka tanpa mereka tahu alasannya di tengah hutan. Yang kemudian menemukan rumah yang terbuat dari permen dan gula-gula. Ternyata rumah tersebut  ditinggali oleh penyihir yang suka memangsa anak-anak. Namun Hansel & Gretel berhasil mengalahkan penyihir tersebut. Ketika beranjak dewasa, Hansel(Jeremy Renner) & Gretel(Gemma Arteton) akhirnya menjadi pemburu penyihir karena pengalamannya dengan penyihir di masa kecil. Mereka disewa oleh kepala desa dimana di desa tersebut banyak anak kecil yang diculik oleh penyihir dalam waktu yang berdekatan. Hansel & Gretel pun menyelidiki apa yang sedang terjadi di desa itu hingga berkonfrontasi dengan penyihir yang ternyata menyimpan banyak rahasia tentang mereka di masa lalu.

standart cool guys scene

Genre period action fantasy seperti ini mulai heboh ketika Van Helsing(2004) muncul, sehingga ketika ada film semacam ini muncul, selalu ada saja yang langsung membandingkannya dengan Van Helsing. Sebenarnya ada yang film sejenis yang menarik muncul lagi setelah Wolverine gondrong sang pemburu vampir itu. The Brothers Grimm(2005) dengan Matt Damon dan almarhum Heath Legder sebagai Wilhem dan Jacob Grimm, serta Monica Belluci sebagai Mirror Queen, the villain. Tapi film tersebut tampaknya tidak box office dan kurang banyak peminat sehingga dilupakan banyak orang. It’s Terry Gilliam film by the way, jadi bayangkan sendiri seperti apa filmnya.
Dari awal film, penonton sudah ditunjukkan kehebatan Hansel & Gretel ketika mereka membakar penyihir pertama mereka waktu kecil. Kejadian itu juga membuat mereka memutuskan witch hunting untuk menjadi profesi utama mereka, ‘hey, burning witch it’s fun Gretel, let’s do this for a living’  kemudian kita juga langsung disuguhi se’cool’ apa mereka dengan menyetop pembakaran seorang wanita di desa yang dituduh penyihir. Dengan Hansel bersenjatakan pistol dan Gretel membawa senapan panah otomatis yang bisa menembak 15 anak panah per detik, mereka memburu penyihir yang datang ke desa itu. Cukup banyak adegan seru pertempuran Hansel & Gretel vs the witches di film ini, seperti adegan kejar-kejaran Hansel dengan penyihir di hutan. Pergumulan mereka lumayan seru untuk ditonton, salah satu adegan menunjukkan kalau Hansel hanya manusia biasa sehingga ia bisa dihajar penyihir sampai babak belur jika ia lepas dari senjata-senjatanya. Walaupun Hansel & Gretel kebal dengan segala macam mantra-manta sihir tap tetap saja mereka bonyok jika dihajar dengan hook dan jab dari sang penyihir. Peralatan dan senjata yang dipakai di film ini pun bisa dibilang keren, lebih terasa steampunk daripada senjata pada jamannya. Film ini juga keluar dalam format 3D, film apa sih yang nggak 3d jaman sekarang, dan itu sepertinya tidak penting untuk film ini. Mungkin ada adegan yang bisa di 3D-kan seperti penyihir yang mati terpotong kabel baja ketika ngebut dengan tongkatnya, tapi yah lewat begitu saja. Tommy Wirkola(Dead Snow) sang penulis dan sutradara, mampu membangun cerita yang bagus untuk membuat kita tahu dan peduli dengan karakter Hansel & Gretel. Digambarkan bagaimana latar belakang mereka, cara mereka bekerja memburu penyihir ala detektif, romance Hansel dengan wanita yang diselamatkannya sampai ternyata masa lalu yang cukup mengagetkan untuk mereka berdua, little twist there. Note, detailing yang lucu sekaligus keren adalah Hansel yang harus menyuntikkan insulin setiap beberapa jam karena ia menderita diabetes, itu karena ia terlalu banyak makan permen waktu kecil ketika disekap di Ginger Bread House. 

standart pose for still image scene

Yang rasanya perlu diperhatikan di film ini adalah penggambaran the witches. Penampakan mereka cukup over the top untuk penyihir pada umumnya. Oke, gambaran penyihir jahat pada umumnya ada 2 kategori, nenek-nenek tua renta dengan hidung bengkok dan muka keriput menyeramkan ala Disney atau wanita cantik jelita yang sinis dan kejam ala Charlize Theron di Huntsman. Di film ini muncul kategori baru, penyihir mutan. Mereka berubah menjadi seperti mutan-mutan dari X-Men karena pengaruh kekuatan jahat witchcraft yang mereka praktekkan. Walaupun cukup berbeda dari biasanya tapi para penyihir di film ini seperti berdandan untuk cosplay Comicon. Dengan makeup dan efek yang heboh, mereka seperti para model yang didandani oleh kontestan ‘Face Off’. Mungkin bukan kebetulan pemimpin mereka, sang penyihir agung yang bisa berubah menjadi wanita cantik satu-satunya dari para penyihir tersebut, adalah Famke Jansen. Para fanboy mungkin berharap ada momen saat ia murka, rambutnya memerah dan berubah menjadi Phoenix untuk membakar Hansel & Gretel yang mana tidak mungkin terjadi di film ini.

cool guys walk away from explosions scene

Ada sedikit diskusi kecil dengan pacar setelah menonton film ini yang membuahkan konklusi bahwa Jeremy Renner wajahnya terlalu modern untuk bermain di period movie seperti ini. Aktingnya so so dan mukanya datar tanpa ekspresi yang meyakinkan. Come on you're hunting witches here!! Entah dia berusaha untuk tampil cool atau bagaimana. Lebih terlihat keren ketika ia bermain di Hurt Locker dan The Town, ia terlihat total di dua film itu. Also suddenly everybody saying Gemma Arteton will be the next action girl, quite agree with that. Pertama, badannya cukup bagus, atletis, dan boobsnya tidak terlalu besar. Kedua, dia bisa akting -coba tonton the Dissaperance of Alice Creed. Ketiga, she can kick some ass. Paling tidak dia bisa menyaingi Milla Jovovich di point kedua. Yang kurang sreg di film ini adalah entah kenapa hubungan kakak beradik antara Hansel & Gretel ini terlihat kurang chemistrynya, lebih terlihat seperti sepasang kekasih. Ada beberapa adegan ketika mereka berdua sedang berpelukan atau hanya ngobrol, terlintas bayangan sedetik setelahnya mereka bakal berciuman. Atau karena memang pasangan kakak beradik ini cukup mustahil, Hawkeye dan Strawberry Field, or is it just me? Dan ada one of the most favourite actor to play a role for the annoying scumbag villain, the infamous Peter Stormare, yang mengulangi perannya menjadi orang menyebalkan disini. 
Personally ada yang bikin cukup mengganggu, the orc. That is the most ugliest orc ever seen on the screen. Baiklah, orc memang seharusnya jelek tapi mereka paling tidak bisa dibuat lebih keren. Mereka bisa dibuat dengan desain karakter yang oke walaupun berperan sebagai penjahat. Because their orcs, what not so cool about orcs? Bahkan orc di The Hobbit pun terlihat sangar. Yang ada di terlintas ketika si orc muncul adalah ‘hei, itu Danny Trejo bukan?’. Oke tidak ada yang bilang Danny Trejo itu tidak keren, tapi dia tidak keren kalau dia mendadak jadi orc. Satu-satunya aktor yang bisa didandani seperti itu adalah Ron Pearlman, nuff said. That’s not orcs, that’s just some evil mutant witchcraft with Danny Trejo as the poor model victim.

Walaupun film ini mendapat satu bintang di Rotten Tomatoes tapi buat gue secara kesuluruhan film ini bagus kok, menghibur, alurnya nggak membosankan. Walaupun di beberapa adegan bisa zzzzzz tapi not bad lah. Ceritanya digarap dengan baik dan karakternya juga cukup cool untuk ditonton. So, just sit relax and enjoy some witch hunt.

No comments:

Post a Comment