Thursday 28 February 2013


Your Mama so creepy, she only can get through the wall but not the door


Rated 15 Director Andres Muschietti Starring Jessica Chastain, Nicholaj Coster-Waldau Screenplay Neil Cross,
Andrés Muschietti & Barbara Muschietti Distributor Universal Running time 100 mins

Ini ketiga kalinya GDT memproduseri film horor setelah The Orphanage(2007), Don’t Be Afraid of the Dark(2010), dan sekarang Mama. Don’t Be Afraid of the Dark cukup mengecewakan banyak orang dan kurang sukses di box office. Padahal film tersebut adalah proyek yang diincar GDT sejak lama. Dan kali ini ia kembali dengan memproduseri film yang diangkat dari film pendek kaya Andres Muschietti yang berjudul sama.

Kisah ini bermula ketika Jeffrey Desange(Nicholaj Coster-Waldau) frustasi dengan pekerjaanya yang menyebabkan ia membunuh dua koleganya serta istrinya. Ia kemudian membawa dua putrinya, Victoria(Megan Carpentier) dan Lily(Isabelle Nelisse), pergi dari rumah sampai terjadi kecelakaan yang mengakibatkan mereka menghilang tanpa jejak. Lima tahun kemudian Lucas Desange(Nicholaj Coster-Waldau) adik Jeff, masih berusaha mencari keberadaan kakaknya dan dua ponakannya. Ternyata dua keponakannya ditemukan masih hidup di sebuah pondok di tepi danau dengan keadaan yang mengenaskan. Akhirnya Lucas dan istrinya Annabel(Jessica Chastain) memutuskan untuk mengurus mereka berdua. Namun bagaimana kedua anak itu bisa bertahan selama lima tahun di tengah hutan? Siapa yang mengurus mereka? Banyak kejadian aneh yang terjadi semenjak mereka tinggal bersama dan siapa sebenarnya Mama yang mereka maksud?

Bagi yang belum menonton short filmnya, silakan buka Youtube dan tonton sendiri. Karena tanpa feature filmnya pun, short film tersebut masih tetap seram. Ya, beberapa adegan di film ini bisa membuat bulu kuduk berdiri. Kaget mungkin tidak terlalu tapi merinding iya. Apalagi horor Hollywood akhir-akhir ini lebih banyak dipenuhi dengan slasher daripada horor dengan gaya seperti ini. Film horor atmosferik terakhir yang cukup bagus adalah Insidious dari James Wan dan The Woman In Black dengan Harry Potter sebagai pemeran utama. 

A little touch by GDT hand of uncivilized Victoria and Lily

Dari awal film mahkluk Mama ini memang tidak terlalu di tutup-tutupi wujudnya. Walaupun belum jelas wujudnya seperti apa tapi sudah diperlihatkan bagaimana kira-kira bentuknya di dalam pondok Helvetia tempat ia pertama kali bertemu Victoria dan Lily. Alur cerita film ini memang cukup lambat, build upnya lama dan si Mama hanya nongol sekali-kali tanpa terlihat jelas seperti di awal film. 3/4 film ini mencoba menakut-nakuti penonton dengan teror Mama di rumah dan mencoba menjelaskan latar belakang si Mama ini siapa sebenarnya. Pace yang lambat serta kurang banyak adegan yang menyeramkan atau mengagetkan bisa membuat penonton yang kurang suka dengan tipe horor seperti ini bosan menunggu untuk ditaku-takuti. Namun jika mencermati, banyak adegan yang bisa membuat penonton mengerenyitkan dahi. Seperti adegan ketika Lily tertawa-tawa dan bermain tarik menarik selimut di kamar, sedangkan Annabell sedang mencuci baju dan Victoria ternyata baru naik dari lantai bawah. Itu mungkin salah satu adegan yang paling creepy di film ini. Ada satu adegan lagi yang cukup memorable, ketika si Mama menunjukkan masa lalunya ke Annabell lewat mimpi. Dengan efek filter warna yang seperti film rusak dan angle kamera fps macam Call of Duty, penonton diajak menjadi Mama ketika masih hidup, mengerti karakternya dan memahami perilakunya. 

she's definitly looking for her mom...

Film baru menjadi intens menjelang 1/4 film terakhir ketika rahasia mulai terkuak satu persatu dan Mama memperlihatkan wujudnya. Ada yang berpendapat hal ini malah backfire dan mendapat banyak komplain, karena si Mama mendadak menjadi banci kamera selama 1/4 film terakhir. Terlalu banyak screen time akhirnya malah membuatnya menjadi tidak seram karena terlihat jelas wujudnya. Oke, ini pendapat pribadi: si Mama memang harus muncul karena ia butuh berinteraksi dengan wujud aslinya dengan karakter lainnya. Memang betul di 1/4 film terakhir menjadi intens pada awalnya tapi di akhir-akhir film itu juga, film ini berubah menjadi drama keluarga bukan lagi horor. Dan justru itu yang menjadi kekuatan dari film ini. Kenapai drama keluarga? Karena itulah inti dari film ini, namun hal itu baru diperlihatkan di akhir film dan dijelaskan secara gamblang. Namun entah penonton menangkap atau tidak pesan yang coba disampaikan. Yah kira-kira ini film drama keluarga tentang kasih sayang seorang ibu berbalut horor yang cukup menyeramkan. Banyak yang menyayangkan ending dari film ini, padahal jika endingnya berbeda justru akan merusak alur dari seluruh cerita yang dibangun dari awal. GDT dan Andres Muschietti dari awal memang merasa waswas dengan endingnya, karena itu mereka mengajukan cerita dengan dua ending yang berbeda. Satu yang menjadi ending di film ini dan satu lagi adegan seperti final battle antara Annabel dengan Mama. Alhamdulillah, pihak studio puas dengan ending pertama tanpa harus diubah, good decision for me

...and here comes Mama!!

Nicholaj Coster-Waldau berperan menjadi dua orang di film ini, Jeffrey dan Lucas Desange, entah bayarannya dobel atau tidak. Perannya cukup sentral sebagai paman yang mati-matian mencari keponakannya yang menghilang dengan ayah mereka. Namun entah kenapa, peran seperti ini sangat tipikal dan sepertinya bisa diperankan oleh siapa saja tanpa ia sekalipun yang memerankan. Maybe you should return to Westeros, Jamie Lannister. Tokoh utama di film ini justru Annabel yang diperankan oleh, ya namanya muncul pertama di layar, Jessica Chastain. Wanita ini cukup membingungkan, wajahnya tipikal wanita Amerika, tidak memorable tapi justru itu yang menjadi kelebihannya. Seperti bunglon bisa berubah-ubah tergantung karakter di filmnya. Ia menjadi istri Lucas sekaligus bassis band rock dengan rambut ala Joan Jett. Bandingkan dengan ketika dia bermain di The Help atau di filmnya yang masuk nominasi Oscar 2013, Zero DarkThirty. Perubahan yang cukup drastis antara satu film dengan film lainnya, tampil solid dan boobsnya lumayan besar. Dari seorang anggota band rock yang cuek hingga menjadi wanita yang sungguh-sungguh peduli kepada Victoria dan Lily, sungguh aktris yang mengagumkan, serius ini serius. Namun kredit harus di tujukan kepada pemeran Victoria dan Lily, Megan Carpentier dan Isabelle Nelisse, terutama Isabelle. Ia berhasil memerankan bocah berusia 6 tahun yang tumbuh di hutan sehingga menjadi liar secara total dan meyakinkan tanpa terlihat canggung. Megan juga bisa meyakinkan penonton ia menjadi karakter Victoria yang mengalami pergolakan batin, memilih antara kehidupan bersama Annabel dan Luke atau tetap bersama Mama. Sedikit trivia, di Youtube official channel Mama, ada screen test movement untuk si Mama >> http://www.youtube.com/watch?v=Ins7QwvAp28 silakan tengok, ini lebih menyeramkan daripada yang ada di film. Seperti hantu dari Ju-on, seriously.

Fnal thought, it’s a good horror movie, i’ll say, horror movie with a heart. Mungkin bukan horor untuk semua orang, karena jika orang akan menonton film horor mereka berharap untuk ditakut-takuti dengan adegan yang menakutkan dan mungkin tanpa memikirkan ceritanya. But it’s GDT horror, yes i’m a GDT fanboy, and you’ll get something different here. Hampir semua film horor yang ia produseri/sutradarai selalu mempunyai cerita dan pesan yang menyentuh atau mungkin tragis. Silakan tonton film horornya yang lain, ada benang merah di tiap filmnya. Entah itu tentang hubungan keluarga ataupun persahabatan yang tersirat setipis G-string di semua film horornya. Mungkin kecuali Splice, itu pure horor scifi dan itu tetap keren. Paling tidak film ini mengobati kekecewaan setelah Don’t Be Afraid of the Dark  untuk para fans GDT di luar sana dan menjadi pemanasan sebelum jaeger vs kaiju di summer nanti, Pacific Rim!!!

No comments:

Post a Comment